Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita dari Yogyakarta

Penulis: Purwantining Tyas Fitri Kawuri

Koordinator Distrik Kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta merupakan Ibukota Provinsi dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan merupakan wilayah tersempit dibanding kabupaten lain di DIY, dengan 14 kecamatan dan kepadatan rata-rata 15.000 jiwa/km². Hal tersebut menjadikan Kota Yogyakarta menjadi wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi di DIY.

Di 14 kecamatan tersebut terdapat 18 puskesmas sebagai fasilitas kesehatan dasar untuk penduduknya. Tetapi dengan adanya akses kesehatan belum menjamin terlepas dari permasalahan Kesehatan Reproduksi. Pada 2019 terdapat 191 kehamilan tidak direncanakan (KTD), 4 kasus kematian ibu, 38 persalinan remaja usia 10-18 tahun, dan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi sebesar 14,15% juga menjadi permasalahan.

Melihat hal tersebut, Yayasan IPAS Indonesia menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai upaya pencegahan kematian dan kesakitan pada perempuan serta remaja perempuan terkait kesehatan reproduksi mereka. Upaya ini dilakukan dengan melakukan implementasi program PEKERTi sejak akhir 2018, meliputi penguatan sistem kesehatan, penguatan komunitas dan kajian-kajian kesehatan.

Penguatan sistem kesehatan dilakukan dengan menguatkan kapasitas Dinas Kesehatan dan fasilitas kesehatan, khususnya dalam menyediakan akses ke layanan Asuhan Pasca Keguguran (APK) yang berpusat pada kebutuhan perempuan. Fasilitas kesehatan yang diberikan penguatan kapasitas adalah RS Pratama, RSUD Kota Yogyakarta, Klinik AMC, Puskesmas Tegalrejo, dan Puskesmas Jetis.

Lalu, untuk penguatan komunitas Yayasan IPAS Indonesia bekerja sama dengan organisasi non pemerintah, yaitu Mitra Wacana dan PP Aisyiyah. Mitra Wacana bekerja di wilayah Tegalrejo, Jetis dan Mergangsan, sedangkan PP Aisyiah bekerja di wilayah Ngampilan dan Wirobrajan. Wilayah kerja para mitra dipilih karena berada di sekitar fasilitas kesehatan yang didukung. 

Penguatan komunitas ini dijalankan dengan menguatkan kapasitas dan bekerja bersama key influencer (KI) / kader setempat. Para KI membagikan informasi Kesehatan Reproduksi, khususnya tentang perencanaan kehamilan dan APK, serta perencanaan masa depan bagi remaja perempuan. Tujuannya agar perempuan dan remaja dapat secara kritis menggunakan informasi kesehatan reproduksi yang dimiliki.

Koordinasi antar pihak dan semua kerja-kerja tersebut dilakukan oleh Koordinator Distrik Yayasan IPAS Indonesia, termasuk mendukung program unit lain yang diimplementasikan. Komunikasi merupakan hal penting dalam kerja-kerja antar pihak agar program dapat berjalan jalan dan berhasil.

Harapan terbesar Yayasan IPAS Indonesia, kerja-kerja yang sudah dilakukan ini dapat terus berkelanjutan dilakukan oleh semua pihak yang terlibat tanpa harus bergantung pada kelanjutan PEKERTi.

Leave a comment

Go to Top
EN ID