Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengapa Perempuan Membutuhan Layanan Asuhan Pasca Keguguran?

Penulis: Yayasan IPAS Indonesia

Edukasi terhadap kesehatan reproduksi pada remaja merupakan hal yang penting agar masyarakat sejak dini memiliki pengetahuan yang komprehensif terhadap kesehatan alat reproduksinya. Salah satu aktor penting dalam mengedukasi remaja terkait kesehatan reproduksi adalah perawat. Perawat tidak hanya merawat pasien yang sedang sakit semata, namun memiliki tujuan secara luas untuk mewujudkan masyarakat mandiri dalam pemelihara kesehatan masyarakat yang mana menjadi tujuan utama Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Pelayanan keperawatan di masyarakat mempunyai sasaran dari tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Salah satu peran perawat keluarga dan komunitas adalah melakukan promosi layanan kesehatan termasuk kesehatan reproduksi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI no.61 Tahun 2014 Pasal 2 Ayat 2, Kesehatan Reproduksi Remaja merupakan keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem fungsi dan proses reproduksi. Agar dapat sehat fungsi reproduksi secara menyeluruh, remaja seyogyanya memiliki pengetahuan yang baik dan benar terkait sistem reproduksi yang dimilikinya. Penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan remaja terkait alat reproduksi dan seks masih sangat lemah, padahal hal ini sangat penting mengingat pada masa remaja, seseorang sedang mengalami masa pubertas dan mulai berkembang fungsi organ reproduksinya. Kurangnya pengetahuan terkait kesehatan reproduksi akan berpengaruh negatif terhadap remaja dalam merespon fungsi reproduksinya.

Perawat keluarga dan komunitas berperan dalam memastikan bahwa anggota keluarga sudah mengetahui dan mengikuti program keluarga berencana, mempunyai masalah apa tidaknya terkait fungsi reproduksi, dan mencatat jumlah anak di keluarga. Perawat sebagai pendidik sangat dibutuhkan untuk menjelaskan kepada remaja apa fungsi alat reproduksinya, hasrat seksual yang sedang terjadi pada dirinya dan bagaimana menanggulanginya, perilaku seksual negatif serta dampaknya seperti terjadinya kehamilan di luar nikah, penyakit menular seksual, dan seksual abuse yang dapat terjadi dari pasangannya. Fungsi lainnya adalah sebagai mediator diskusi terkait permasalahan yang sedang dialami remaja termasuk perilaku seksual yang berisiko terhadap kesehatan reproduksinya. Perilaku seksual yang berisiko berat adalah berciuman bibir, meraba alat kelamin pasangan, menggesek-gesek alat kelamin hingga melakukan penetrasi alat kelamin (Syamsulhuda, 2010). Perilaku berisiko ini berdampak kepada kehamilan yang tidak diinginkan dengan belum siapnya fisik dan psikis remaja termasuk ekonomi yang mana dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan anak yang akan lahir.

Remaja memiliki peran penting dalam melanjutkan masa depan bangsa ini, sehingga kesehatannya menjadi faktor utama agar mereka dapat berkarya dan berdaya guna bagi nusantara. Peran perawat komunitas untuk meningkatkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi dan perilaku seksual ini berdampak positif dalam mempengaruhi pola pikir dan sikap remaja untuk bersikap secara baik dan bijak. Kedepannya, diharapkan perawat dapat menjadi faktor pendorong utama secara tidak langsung bagi kesehatan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

Artikel ini ditulis dalam rangka memperingati Hari Perawat Internasional 2021


Referensi:

  • Yolanda C. Asuhan Keperawatan Kepada Remaja. 2019
  • Kementerian Kesehatan RI. Keperawatan Keluarga dan Komunitas. 2016;208
  • Indonesia PR. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. 2014
Go to Top
EN ID