Skip to content Skip to footer

Perubahan Iklim & HKSR

Perubahan iklim berdampak pada kesehatan kelompok-kelompok rentan – seperti perempuan, remaja, masyarakat adat dan masyarakat miskin. Bagi negara berpenghasilan menengah ke bawah seperti Indonesia, hal ini juga dapat memperlebar kesenjangan dalam mengakses layanan kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi.

Pemerintah Indonesia memahami pentingnya menangani isu ketidakadilan gender dalam kebijakan dan program lingkungan hidup dan kehutanan, hanya saja sebagian besar masih fokus pada partisipasi perempuan dalam program mata pencaharian dalam kegiatan kehutanan. Tak heran karena hingga saat ini berbagai bukti penelitian tentang dampak perubahan iklim masih berfokus pada penghidupan perempuan (ekonomi) saja, belum ke ranah kesehatan reproduksi.

Kajian-kajian terkait dampak perubahan iklim terhadap status kesehatan reproduksi di Indonesia masih sangat sedikit. Hal ini termasuk bagaimana perubahan iklim mempengaruhi niat dan perilaku reproduksi, juga dampaknya bagi kesehatan perempuan di lokasi yang terdampak perubahan iklim, terutama di kawasan terpencil seperti wilayah pesisir dan hutan.

Perubahan iklim di Indonesia secara tidak proporsional telah memengaruhi kelompok rentan, terutama perempuan dan remaja perempuan. Perempuan di daerah pedesaan Indonesia sangat bergantung pada sumber daya alam lokal untuk mata pencaharian, juga dalam memenuhi kebutuhan domestik seperti air, makanan dan energi. 

Kerentanan individu terhadap perubahan iklim berbeda-beda tergantung pada kapasitas adaptif mereka. Begitu pula jika dilihat dari sisi gender, laki-laki dan perempuan pun memiliki kebutuhan yang berbeda dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

Hanya sedikit penelitian di Indonesia tentang dampak perubahan iklim terhadap kesehatan reproduksi perempuan. Studi yang ada (literatur formal dan abu-abu) hanya fokus pada pengaruhnya yang tidak proporsional bagi perempuan dan laki-laki terkait penghidupan dan mata pencaharian, pengetahuan dan literasi, kesehatan (perubahan pola penyakit, akses ke perawatan kesehatan dan dampak kesehatan), migrasi, rumah tangga yang dikepalai perempuan karena migrasi . Hanya satu studi yang mengeksplorasi perubahan iklim dan kesuburan di Indonesia dengan melihat data survei nasional yang menyoroti tentang kedaruratan/bencana lingkungan yang berlangsung lebih lama dapat berdampak pada niat, perilaku, dan hasil kesuburan . 

Terbatasnya bukti/data ini maka terbatas pula kebijakan dan program intervensi untuk mendukung program berkelanjutan bagi perempuan dan anak perempuan yang terkena dampak perubahan iklim. Oleh karena itu diperlukan sebuah studi mendalam untuk lebih memahami perubahan iklim dan pengaruhnya terhadap niat dan perilaku kesuburan/reproduksi, dan status kesehatan reproduksi di antara perempuan dan remaja perempuan yang tinggal di kawasan terpencil (pesisir dan hutan).

Hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk memperkaya data dan merancang solusi keadilan iklim serta keadilan reproduksi bagi perempuan dan remaja perempuan. Inilah yang menjadi fokus proyek interseksi perubahan iklim dan HKSR yang dilakukan Yayasan IPAS Indonesia.

Pada akhir 2022, Yayasan IPAS Indonesia bekerjasama dengan Pusat Ilmu untuk Kajian Interdisiplin dan Keberlanjutan dari Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar dan Kelompok Perjuangan dan Kesetaraan Perempuan Sulawesi Tengah (KPKPST) untuk melakukan kajian awal mengenai hubungan antara perubahan iklim dan kesehatan reproduksi perempuan, terutama di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi di Sulawesi Tengah.

Fokus kajian ini adalah melihat situasi yang dihadapi oleh perempuan dan remaja perempuan yang hidup di sepanjang pantai dan di sekitar hutan (termasuk perempuan dari masyarakat adat) yang bisa dipengaruhi oleh dampak dari perubahan iklim. Kedua lokasi tersebut telah mengalami beberapa kali kejadian banjir rob (di pantai) dan banjir bandang (di sekitar sungai). Ada pun metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan partisipatoris.

Hasil dari kajian ini akan digunakan oleh Yayasan IPAS Indonesia untuk:

  1. Merancang strategi dan melaksanakan program ke depan terkait interseksi antara keadilan reproduksi dan perubahan iklim dalam menanggapi kebutuhan lokal. 
  2. Mengembangkan model intervensi di mana perempuan dan remaja perempuan akan menjadi agen perubahan untuk mengatasi dampak perubahan iklim dan mampu memiliki otonomi atas tubuhnya sendiri termasuk pilihan reproduksinya, serta mengurangi dampak kekerasan berbasis gender/kekerasan seksual. Selain itu, diharapkan pula akan terbentuk pola dukungan keluarga dan komunitas sekitar, juga pemerintah daerah dalam menjamin akses terhadap layanan kesehatan reproduksi komprehensif.

Go to Top
EN ID