Skip to content Skip to footer

Yayasan IPAS Indonesia Berkomitmen Mendukung Pencapaian Target 3 Zeros

Konferensi Internasional Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia atau the 2nd International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health (ICIFPRH) yang diselenggarakan pada 23-25 Agustus 2022 mengusung tema “Accelerating the promise of 3 Zeros in Indonesia”.

Tema 3-Zeros menyoroti tiga isu utama yaitu (1) Zero preventable maternal deaths atau menghentikan kematian ibu, (2) Zero unmet need for family planning atau menghentikan tidak terpenuhinya kebutuhan KB, dan (3) Zero violence or harmful atau menghentikan kekerasan berbasis gender dan praktik berbahaya terhadap perempuan dan anak perempuan. Di Indonesia, ketiga isu tersebut membutuhkan perhatian besar terutama dalam pemenuhan akses dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi.

Data menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi yaitu 305 per 100,000 kelahiran hidup (SUPAS, 2015). Angka tersebut jauh dari target penurunan yang ditetapkan di RPJMN sebanyak 183 per 100,000 kelahiran hidup di tahun 2024.

Sementara itu, pandemi Covid-19 juga berkontribusi kepada semakin tingginya angka putus pakai KB karena akses terhadap layanan dan komoditi terganggu. Alhasil, pelayanan kontrasepsi menjadi terhambat karena banyak ibu takut pergi ke tempat layanan kesehatan.

Pada masa pandemic Covid19 pula, kasus kekerasan seksual mengalami peningkatan. Survey Pengalaman Hidup Perempuan (SPHPN, 2021) mengungkapkan bahwa 1 dari 4 perempuan usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan selama hidupnya.  Catatan Tahunan Komnas Perempuan (CATAHU) 2020 menunjukkan peningkatan kasus kekerasan kepada perempuan dan anak yang dilaporkan sebanyak 8 kali lipat dibandingkan dengan data 12 tahun sebelumnya.

Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med., Ed, Sp.OG (K), Ph.D mengatakan bahwa kematian ibu akibat melahirkan masih menjadi problem di Indonesia. Di Yogyakarta misalnya, AKI belum turun walau jumlah tenaga kesehatannya mencukupi.

“Kematian akan terus terjadi jika KB nya tidak jalan, kalau dipaksa hamil terus, padahal dia sudah mau berhenti. Maka kehamilan harus dikehendaki oleh dua belah pihak.  Otomatis nanti pasangan dan keluarga bahkan masyarakat harus mengusahakan untuk ibu selamat. Kalau masih ada kematian yang cukup besar, berarti ini masih masalah.”

Ketua Konsorsium dan panitia ICIFPRH, Prof. Siswanto menyoroti bahwa 3 Zeros bukan hanya sebuah janji tapi harus bisa diterjemahkan dalam aksi.

“Three zeros harus bisa diterjemahkan ke dalam implementasi, pemantauan dan evaluasi di semua tingkat pemerintahan. Desentralisasi seharusnya tidak menjadi penghalang kolaborasi untuk meningkatkan kualitas perawatan yang diberikan,” ungkapnya.

Lima rekomendasi penting yang dihasilkan konferensi ini antara lain:

  1. Upaya untuk mewujudkan sasaran 3-zeros, layanan kesehatan, pencegahan, dan advokasi terkait dengan KB dan Kesehatan Reproduksi harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
  2. Indonesia harus memandang KB dan Kesehatan Reproduksi terjangkau di semua lapisan masyarakat secara berkualitas, melibatkan sektor pemerintah dan swasta sebagai bagian dari upaya pencapaian angka nol kematian ibu, nol unmet need, dan nol kekerasan dan praktik berbahaya pada perempuan.
  3. Inovasi terhadap strategi pencapaian sasaran 3-zeros perlu dilakukan tidak hanya pada tingkat nasional, tetapi di semua tataran (Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, maupun Desa). Sehingga Indonesia emas tahun 2045 bisa terwujud.
  4. Inovasi strategi perlu mempertimbangkan kerangka program dengan menggunakan pendekatan life course dan life cycle.
  5. Setiap intervensi menuju sasaran 3-zeros perlu dimulai sejak pra-konsepsi sampai dengan perempuan memasuki usia lanjut, termasuk perhatian khusus pada 8000 HPK (Hari Pertama Kehidupan).

Sebagai anggota konsorsium penyelenggara ICIFPRH, Yayasan IPAS Indonesia menyampaikan komitmen untuk terus mendukung kolaborasi pencapaian 3-zeroes. Senada dengan Ketua Panitia ICIFPRH 2022, Direktur Yayasan IPAS Indonesia, dr. Marcia Soumokil, MPH menegaskan bahwa tata kelola pelayanan publik yang baik memerlukan kerja sama yang baik antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil, yang perlu diperkuat untuk mencapai target 3 Zeros.

“Three Zeros ini adalah sebuah janji target untuk eliminasi kematian ibu, unmet need KB, dan kekerasan berbasis gender. Apakah janji target ini akan tercapai atau tidak, akan bergantung kepada kita semua. ICIFPRH ini digagas sebagai wadah kolaboratif untuk merealisasikan janji tersebut. Mari kita bekerja sama sesuai dengan bidang kita masing-masing untuk merealisasikan janji target tersebut demi Indonesia yang lebih sehat dan maju”, pungkasnya.

Tentang ICIPRH

International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health (ICIFPRH) adalah forum besar yang melibatkan cendekiawan internasional dan nasional, pembuat kebijakan, pengelola program, LSM internasional dan nasional, mitra pembangunan, asosiasi profesi, dan para praktisi untuk membahas berbagai isu KB dan kesehatan reproduksi di Indonesia. Sejak penyelenggaraan pertama pada tahun 2019 lalu, ICIFPRH telah diselenggarakan sebagai forum ilmiah secara daring pada tahun 2021. Pada tahun 2022, konferensi diselenggarakan secara luring pada tanggal 23-25 Agustus 2022.

Konferensi ini diprakarsai dan diselenggarakan oleh konsorsium “A Champion of Indonesia Family Planning and Reproductive Health” yang terdiri dari Pusat Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat & Keperawatan (FKKMK) Universitas Gajah Mada, Ruang Temu Generasi Sehat (Rutgers Indonesia), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia, UNFPA, Yayasan IPAS Indonesia, Yayasan Cipta, Jalin Foundation, Jhpiego, PKBI, Aliansi Satu Visi, Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP), dan Lembaga Demografi Universitas Indonesia.


Go to Top
EN ID