Hampir 25 tahun, Luiza Tecla Suarez (52) bekerja sebagai bidan di Puskesmas Camplong, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dari perjalanan panjang kariernya itu, ia belum pernah mengikuti pelatihan, khususnya terkait dengan Keluarga Berencana (KB). “Dan baru ikut pelatihan itu pada tahun 2024, awal itu penyelenggaranya dari Yayasan IPAS Indonesia,” kenang Bidan Tecla.
Dalam pelatihan tersebut, ia dikenalkan dengan Roda KLOP atau kependekan dari Diagram Lingkaran dan Penerapan Kriteria Kelayakan Medis dalam Penggunaan Kontrasepsi. Roda KLOP adalah sebuah alat untuk membantu memilih jenis metode kontrasepsi yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan. Alat ini merupakan modifikasi dari Kriteria Kelayakan Medis untuk Penggunaan Kontrasepsi (MEC) yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia.

Penampakan Roda KLOP
“Setelah kami ikut pelatihan, setelah konseling kepada calon akseptor KB, mereka yang mengambil keputusan. Lalu penapisan untuk akseptor menggunakan alat kontrasepsi itu, kami menggunakan Roda KLOP. Itu Roda KLOP juga difasilitasi oleh IPAS Indonesia untuk menentukan diagnosa pasti apakah ibu tersebut bisa atau tidak [memilih jenis kontrasepsi,” tambah Bidan Tecla.
Dengan bantuan alat itu, ia bisa memberikan jenis kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi kesehatan orang tersebut. “Contoh, dulu mungkin ada ibu hamil yang tekanan darah tinggi, kami langsung tidak layani. Tapi setelah ada Roda KLOP, maka kami pakai Roda KLOP untuk menentukan apakah ibu tersebut layak untuk menggunakan alat kontrasepsi atau tidak,” imbuhnya.

Bidan Tecla sedang di meja kerjanya
Selain membantu mempermudah memberikan pilihan jenis metode kontrasepsi, Bidan Tecla mengaku Roda KLOP juga bisa mempercepat pemasangan. “Lalu di dalam teknik, teknik pemasangan lebih cepat karena kita pakai daftar tilik dalam Roda KLOP. Lalu teknik pemasangan implan maupun pencabutan implan itu juga lebih cepat karena ada teknik-teknik yang diajarkan pada saat kami mengikuti pelatihan,” paparnya.
Pengalaman yang senada juga dirasakan oleh Bidan Yanti dari Puskesmas Sulamu, Kabupaten Kupang. Ia mengatakan, Roda KLOP ini membantu dalam memberikan alat kontrasepsi yang tepat terutama dengan perempuan dengan kondisi penyakit tertentu.
“Setelah mengikuti pelatihan, di situ kita menggunakan Roda KLOP, jadi pasiennya itu kita sudah anjurkan untuk menggunakan kontrasepsi diperbolehkan jadi ada diagnosisnya dan kalau terdapat pasien dengan risiko, kita konsultasi dengan dokter yang waktu memberikan kita pelatihan jadi langsung WhatsApp,” beber Bidan Yanti.
Ia pernah berkonsultasi dengan dokter sekaligus fasilitator pelatihan KB terkait dengan pasien yang memiliki gondok di lehernya. “Contohnya kemarin saya lihat ada pasien yang punya gondok dia bilang apakah bisa lakukan pemasangan implan atau tidak karena itu kan KB hormonal dan dijawab oleh dokter gunakan daftar tilik [dalam Roda KLOP], kenangnya.
Bidan Yanti menambahkan, dengan proses konseling serta penggunaan Roda KLOP ini, banyak perempuan yang mulai memahami apa metode kontrasepsi yang cocok. “Sehingga mereka sendiri datang untuk [memilih] untuk menggunakan alat kontrasepsi,” tegasnya.
Di balik perempuan yang mulai menentukan haknya untuk ber-KB, masyarakat masih menghadapi sejumlah tantangan. Di antaranya adalah masih banyaknya mitos terkait metode kontrasepsi. Ditambah lagi, masih banyak perempuan yang belum KB jika belum mendapatkan anak laki-laki karena tuntutan dari keluarga.
“Tapi dengan sekarang sudah ada berubah ada yang ibunya itu datang ber-KB tanpa sepengetahuan bapak karena dia sudah tahu itu haknya dia sebagai perempuan,” imbuh Bidan Yanti.
Sementara itu, Bidan Tecla menggarisbawahi, kurang meratanya kemampuan bidan dalam memberikan layanan KB juga masih menjadi tantangan. Sebab, ada desa di Kabupaten Kupang yang memang bukan daerah yang masuk dalam program TAKENUSA (Tekad Bersama untuk Perempuan Nusa Tenggara).
“Supaya semua bidan itu bisa terpapar ilmu sehingga tantangan-tantangan yang seperti saya katakan di atas itu, kalau ketika kita punya ilmu, dibekali dengan baik, maka tantangan itu kita bisa hadapi dengan baik,” pungkasnya.