Direktur Eksekutif Yayasan IPAS Indonesia dr. Marcia Soumokil MPH menjadi narasumber Grand Lecture dalam kegiatan National Peer Education Workshop (NPEW) 2025 yang diselenggarakan oleh CIMSA Indonesia pada April 2025 di Yogyakarta.
Kegiatan NPEW merupakan agenda dua tahunan dari Standing Committee on Sexual and Reproductive Health and Rights including HIV & AIDS (SCORA) CIMSA Indonesia. Tahun ini, NPEW diselenggarakan di Universitas Gadjah Mada dengan tema “Adapting to Transformations in Sexual and Reproductive Health: Building Resilience for a Sustainable Future.”
Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan paparan terkait dengan manajemen klinis untuk korban kekerasan. Ia menegaskan topik ini sangat penting untuk mendukung layanan kesehatan bagi korban yang komprehensif dan holistik. Ditambah, kasus kekerasan di Indonesia semakin naik trennya.
“Kekerasan seksual bukanlah tentang seks, tetapi tentang kontrol dan kuasa. Hal itu terjadi karena relasi kuasa yang timpang antara pelaku dan korban, dan inilah yang harus kita ubah bersama,” tambahnya.
Pemaparan di Grand Lecture ini diharapkan dapat memberikan fondasi pengetahuan sekaligus motivasi kepada peserta untuk menjadi pelopor dalam mengedukasi masyarakat seputar isu yang kerap dianggap tabu ini.
“Kita semua bertanggung jawab menciptakan ruang yang aman, berpusat kepada korban dan menghargai semua Keputusan seorang perempuan” jelasnya.

Salah satu peserta, Rifyal Syauqi dari CIMSA Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada mengatakan materi dari Yayasan IPAS Indonesia merupakan pengetahuan yang baru.
“Sesi grand lecture dari Ibu Marcia sangat insightful. Data dan pemaparan yang diberikan membuka wawasan baru bagi kami, terutama tentang bagaimana kita sebagai calon tenaga kesehatan bisa berkontribusi dalam meningkatkan awareness dan kesiapsiagaan dalam menghadapi kekerasan seksual,” kata Rifyal.
Ia menambahkan, kegiatan ini sangat relevan mengingat tren kekerasan seksual yang masih tinggi di sekitar kita, dan masih banyak korban yang belum berani bersuara. Harapannya, setelah kegiatan ini, para peserta dapat menjadi tenaga kesehatan yang mampu menyampaikan edukasi seksual secara efektif kepada masyarakat luas, terutama di kalangan remaja dan mahasiswa.
Selain Yayasan IPAS Indonesia, Grand Lecture ini juga menghadirkan perwakilan dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, serta pemangku kepentingan lainnya. Kolaborasi lintas sektor seperti ini penting untuk menyatukan kebijakan, pendekatan medis, dan dukungan sosial secara utuh dalam menangani isu kekerasan seksual.