Selamat Jalan Prof. Irwanto  

Yayasan IPAS Indonesia kehilangan pendiri sekaligus Ketua Badan Pembina, Prof. Irwanto, Ph.D. Beliau meninggal dunia pada Selasa, 27 Mei 2025, di Jakarta.  

Rasanya baru kemarin kami meminta Prof. Ir untuk menjadi bagian dari keluarga Yayasan IPAS Indonesia. Tapi momen itu ternyata sudah delapan tahun yang lalu. Kala itu, Direktur Eksekutif Yayasan IPAS Indonesia dr. Marcia Soumokil, MPH menemui beliau bersama dengan Human Resources and Office Manager Ferny  Hapsari.  

“Kami datang kepada beliau untuk menjelaskan banyak hal, mengapa organisasi ini [Yayasan IPAS Indonesia] dibutuhkan dengan tujuan utama memastikan akses ke kesehatan reproduksi dan hak perempuan dan remaja perempuan di Indonesia,” kenang dr. Marcia.  

Beliau tidak membutuhkan pertimbangan lama. Beliau langsung setuju. “Hampir tujuh tahun berlalu, Prof. Irwanto aktif untuk mendukung kerja-kerja yang dilakukan Yayasan IPAS Indonesia. Setiap pertemuan yang dihadiri beliau selalu menghasilkan banyak insights baru bagi Yayasan IPAS Indonesia. Pada pertemuan-pertemuan ini, beliau selalu  berorientasi pada solusi, dan bukan pada masalah,” imbuhnya.  

Dalam kenangan dr. Marcia, sejak tahun lalu, Prof. Ir sangat mendukung kajian yang dilakukan Yayasan IPAS Indonesia. Di antaranya adalah mengenai kajian Perkawinan Anak, Kehamilan Remaja, dan Putus Sekolah.  

Prof. Irwanto (tengah dengan memakai baju kuning) bersama dengan staf Yayasan IPAS Indonesia dalam kegiatan Annual Review di Bogor, Februari 2025.

“Kami sudah menyiapkan rencana kajian tersebut bersama beliau melalui beberapa kali pertemuan via Zoom. Sampai akhirnya, kami mendengar kabar tentang kondisi beliau yang menurun di dua bulan terakhir ini,” kenangnya.  

Kemudian, pada Selasa 27 Mei 2025 kami mendengar kabar buruk ini. “Saya dan banyak teman di Yayasan IPAS Indonesia tidak mampu berkata banyak. Kami tahu Prof. Irwanto sudah mengakhiri perjalanan ini dengan baik, tapi kami merasa sangat kehilangan atas kepergian beliau,” ucapnya.  

Dalam kenangan dr. Marcia, perkenalan dengan Prof. Ir begitu istimewa. Ia menemukan nama Prof. Ir dari jurnal yang berjudul  “Measuring Women’s Psychological Well-being in Indonesia” yang diterbitkan di Women & Health, pada 2001. Kala itu, ia sedang menyusun penelitian untuk gelar magisternya dengan topik keterlibatan laki-laki dalam pencegahan penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dari ibu ke anak.  

Ia kemudian bisa bertemu langsung dengan Prof. Ir setelah bekerja di lembaga dengan isu HIV dan kesehatan masyarakat. “Sangat resourceful” adalah penggambaran yang ia temui saat berdiskusi dengan beliau. Relasi menjadi semakin dekat, setelah  sama-sama duduk sebagai badan pengawas di salah satu organisasi komunitas HIV untuk beberapa tahun.  

“Pengetahuan dan passion beliau untuk mendukung kelompok-kelompok yang dipinggirkan dan atau diperlakukan dengan penuh stigma oleh sistem, very admirable. Saya belajar banyak. Rest in love, Pak Ir. We now will continue your legacy. We will hold Yayasan IPAS’ vision and mission to support women and girls’ bodily autonomy rights, as we will hold dearly the memories that we have with you. Thank you Pak – you had fought the good fight,” ujar dr. Marcia.  

Gulir ke Atas