Kolaborasi IPAS Indonesia dan AJI Kota Kupang: Ngabugurit dan Diskusi Bareng Jurnalis soal Kesehatan di NTT 

Untuk memperingati Hari Perempuan Sedunia, Yayasan IPAS Indonesia berkolaborasi dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Kupang menyelenggarakan ngabuburit dan diskusi terbatas. Acara yang diselenggarakan pada 7 Maret 2025 di Kota Kupang ini fokus pada peliputan isu kesehatan, terutama di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).  

Diskusi ini dibuka oleh Wakil Gubernur NTT Johni Asadoma yang menekankan peran penting media dalam mendorong kesetaraan gender bagi perempuan. Melalui penyebaran informasi yang luas, media diharapkan dapat mengedukasi perempuan agar lebih sadar akan hak-haknya dan mendorong terciptanya kesetaraan. 

“Peran media sangat mendukung dalam penyebaran informasi yang sehat dan kesetaraan gender.  Yang pertama memberikan informasi hak-hak daripada perempuan. Kedua, meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender. Kemudian yang ketiga memberikan informasi tentang sumber daya dan kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan. Kemudian [media] menyampaikan konten yang peka gender.  Berikutnya [media] mendobrak stereotip gender yang terkotak-kotakan,” ujar Johni.  

Di Nusa Tenggara Timur, akses terhadap layanan kesehatan, khususnya bagi perempuan, masih menjadi tantangan. Hambatan ini tidak hanya disebabkan oleh faktor geografis dan keterbatasan infrastruktur, tetapi juga oleh budaya patriarki yang menghalangi perempuan dalam memperoleh layanan kesehatan yang layak. Kondisi ini mencerminkan bahwa kesetaraan gender belum sepenuhnya tercapai. 

Ketua AJI Kota Kupang, Djemi Amnufi mengatakan, kegiatan ini diharapkan bisa memberikan masukan bagi pemerintah NTT terutama yang berkaitan dengan kesehatan. “Kesehatan bukan hanya stunting, tetapi Angka Kematian Ibu (AKI) NTT cukup tinggi,” imbuhnya.  

Di NTT sendiri, AKI mencapai 316 per 100.000 kelahiran bayi hidup. Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata nasional, yakni 189 per 100.000 kelahiran bayi hidup. Sementara itu, jumlah penggunaan kontrasepsi menurun dari tahun 2021 ke 2022. Yakni, dari 490.774 ke 318.148.  

Melalui program TAKENUSA (Tekad Bersama untuk Kesehatan Perempuan Nusa Tenggara), Yayasan IPAS Indonesia berupaya untuk mengurangi AKI dan mendorong perluasan akses kontrasepsi. TAKENUSA mulai diimplementasikan sejak 2023 di Kabupaten Kupang, Flores Timur dan Timor Tengah Selatan.  

Project Coordinator TAKENUSA, Stefanus Bere, mengatakan jurnalis memiliki andil yang besar untuk mengabarkan bagaimana perempuan mengakses layanan ini. Terutama untuk mempublikasikan apa saja yang  menjadi tantangan-tantangannya, terutama perempuan yang tinggal di desa-desa dengan akses yang menantang.  

“Media memiliki peran strategis dalam mengedukasi masyarakat, membangun kesadaran, dan mengawal kebijakan agar lebih berpihak pada kebutuhan perempuan dan remaja. Dengan pemberitaan yang berbasis data dan fakta, media dapat menjadi jembatan yang menghubungkan masyarakat dengan layanan kesehatan yang tersedia, sekaligus mengurangi stigma terhadap layanan kesehatan reproduksi,” ucapnya.  

Jurnalis senior sekaligus narasumber dalam diskusi ini Ana Djukana mengatakan, menghadirkan sosok-sosok dalam peliputan kesehatan sangatlah penting. “Karena itu, menulislah dengan menarik dari sisi human interest,” ucapnya.  

Dalam sesi diskusi, kebanyakan isu kesehatan yang kerap diliput  berkaitan dengan HIV/AIDS dan rabies. Isu khusus terkait dengan kontrasepsi maupun kesehatan reproduksi memang belum banyak diekspor.  

“Dalam pengalaman kami, lembaga sosial masyarakat penting untuk membantu kami mencarikan narasumber untuk liputan seperti isu HIV/AIDS. Bahkan, ada narasumber yang wajahnya bersedia tidak diblur untuk menaikkan kesadaran akan HIV/AIDS,” ujar salah satu peserta sekaligus jurnalis televisi.  

Tantangan yang lumayan besar yang dihadapi jurnalis adalah memahami istilah medis. Ditambah memang belum ada pelatihan khusus untuk peliputan isu kesehatan. “Jadi saya pernah saat menaikkan berita itu ada perbedaan definisi soal stunting antara kader dan kesehatan,” ucap salah satu peserta.  

Kegiatan ini diikuti oleh sebanyak 20 jurnalis (10 jurnalis perempuan dan 10 jurnalis laki-laki) dari Timor Tengah Selatan, Kabupaten Kupang dan Kota Kupang. Yang terdiri dari jurnalis radio, televisi, cetak dan online.  

Gulir ke Atas