Krisis iklim di Indonesia memiliki dampak yang sangat nyata pada masyarakat yang hidup dari sumber daya alam. Di Sulawesi Tengah, masyarakat harus menghadapi banjir dan longsor sebagai dampak langsung dari krisis iklim ini. Namun, yang mungkin kurang disadari adalah bahwa kondisi ini juga berdampak pada kesehatan reproduksi mereka. Salah satu dampaknya adalah bahwa iklim yang ekstrem ternyata berhubungan dengan peningkatan kasus kekerasan berbasis gender.
Mulai tahun 2024, Yayasan IPAS Indonesia bermitra dengan organisasi lokal di tiga kabupaten (Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong) di Sulawesi Tengah untuk meningkatkan kapasitas para pemangku kepentingan dalam menghadapi tantangan akses kesehatan reproduksi. Harapannya, proyek ini mampu mengembangkan modeling Layanan kesehatan primer yang resilient terhadap krisis iklim, dengan kolaborasi antara sistem kesehatan dasar dan partisipasi bermakna dari masyarakat setempat, termasuk masyarakat adat dan mereka yang tinggal di pinggi laut untuk merespon kebutuhan lokal, baik disaat bencana maupun dil luar bencana.