
Yayasan IPAS Indonesia mengadakan review tengah semester pada 10-14 Februari 2025 di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merefleksikan sejauh mana pencapaian IPAS Indonesia dalam mewujudkan Keadilan Reproduksi. Selain itu, momen ini juga dijadikan untuk memetik pembelajaran serta merencanakan kegiatan semester berikutnya.
Dalam periode Juli- Desember 2024, berikut adalah tujuh pencapaian Yayasan IPAS Indonesia:
- Peluncuran proyek ARUNIKA (Perempuan Berdaya untuk Indonesia Bebas Kekerasan) di Kota Semarang, Jawa Tengah dan proyek CERAH (Climate Emergency, Reproductive Healths and Right) di Palu, Sulawesi Tengah, pada November 2024.
- Tiga aktivitas klinis dan 22 non-klinis. Salah satu kegiatan yang signifikan adalah Mini Festival Keadilan Reproduksi yang dilakukan di Jakarta pada September 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh 121 orang dari berbagai kalangan termasuk tenaga kesehatan, pemerhati gender, dan mahasiswa.
- Melalui kegiatan dialog dan diskusi, sebanyak 491 orang (384 perempuan dan 107 laki-laki) mendapatkan informasi terkait dengan kesehatan reproduksi, terutama pada topik gender, keluarga berencana dan Asuhan Pasca Keguguran (APK).
- Melalui proyek TAKENUSA (Tekad Bersama untuk Perempuan Nusa Tenggara), sebanyak 7.868 perempuan dan remaja perempuan di Nusa Tenggara Timur mengakses layanan keluarga berencana.
- Sebanyak 25 tenaga kesehatan (16 dokter dan 9 dokter spesialis kebidanan dan kandungan) mengikuti pelatihan APK, melalui proyek TAKENUSA.
- Sebanyak 47 pelatih nasional telah dilatih untuk memberikan pelatihan APK pada tenaga kesehatan. Kegiatan ini dilakukan di Yogyakarta
- Proyek baru, ARUMBAE (Perempuan Mampu dan Berdaya untuk Bebas dari Kekerasan) yang mulai dilakukan pada Desember 2024 untuk memperluas akses kesehatan di Maluku.
“Capaian ini tidak bisa diraih tanpa dukungan, terutama dukungan dari pemerintah, kelompok masyarakat sipil, dan semangat perempuan dan remaja perempuan yang menjadi bagian kunci dari Mitra untuk Keadilan Reproduksi,” ujar Direktur Eksekutif Yayasan IPAS Indonesia, dr. Marcia Soumokil, MPH.
Ia menambahkan, pencapaian itu menjadi motivasi untuk terus memperluas dampak bagi perempuan di Indonesia. Meski begitu, ia menegaskan, banyak pembelajaran dari apa yang telah dilakukan salam satu semester.
“Salah satunya ialah tentang proyek yang berkaitan dengan krisis iklim, kesehatan reproduksi dan keadilan gender, yang dilakukan di Sulawesi Tengah karena memang ini proyek baru bagi Yayasan IPAS Indonesia. Karena itu, kami selalu terbuka untuk belajar dan berkolaborasi dalam keterkaitan tiga topik tersebut,” imbuhnya.
“Kami membutuhkan mitra yang memiliki keahlian dalam bidang ini, kemudian bisa bekerja sama. Ini penting karena memang isu iklim sangat berpengaruh terhadap akses kesehatan reproduksi terutama di wilayah pesisir Indonesia seperti Sulawesi Tengah,” tegasnya.
Ia menambahkan, dengan adanya isu baru serta banyak hal yang harus dicapai demi Keadilan Reproduksi di Indonesia, kesehatan jiwa staf perlu diperhatikan. Berdasarkan penelitian, pekerja di dalam isu sosial lebih rentan terkena stres.
“Karena itu, dalam semester review ini kami mengadakan workshop pertolongan pertama pada luka psikologis untuk membekali staf untuk lebih menyadari tentang kondisi kejiwaannya dan kalau membutuhkan bantuan, menjadi tahu harus akses ke mana,” tutupnya.