Harapan dari Pelatihan Asuhan Pasca Keguguran Keguguran di NTT: Turunkan Angka Kematian Ibu   

Pelatihan Asuhan Pasca Keguguran (APK) Komprehensif di Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali dilaksanakan pada 9-13 September 2024 di RSUD Prof.Dr.W.Z Johannes, Kota Kupang. Pelatihan ini merupakan bentuk dukungan Yayasan IPAS Indonesia kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia untuk perluasan layanan keguguran agar mudah diakses oleh perempuan yang mengalami keguguran.   

Dengan kemudahan akses tersebut, kasus-kasus keguguran dapat dilayani tepat waktu dan berkualitas, sehingga dapat berkontribusi untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI).   

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Iwan M Pelokilla yang mewakili Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT dalam sambutannya mengatakan pelatihan ini diharapkan bisa meningkatkan kualitas layanan kesehatan reproduksi di wilayahnya.   

Yayasan IPAS Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTT untuk melakukan proyek percontohan terkait dengan layanan APK yang komprehensif di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan dan Flores Timur melalui proyek TAKENUSA (Tekad Bersama untuk Kesehatan Perempuan Nusa Tenggara).   

“Besar harapan kami setelah pelatihan ini, data pelayanan kesehatan reproduksi di tiga kabupaten  yang sudah dibekali [dengan pelatihan] APK dapat memberikan pelayanan kesehatan reproduksi terkhusus pelayanan APK komprehensif, dengan demikian dapat berkontribusi dalam menekan bahkan menurunkan AKI di NTT lebih banyak lagi,” ujar Iwan Pelokilla.   

Ia memaparkan, data dari Maternal Perinatal Death Notification (MPDN) atau sistem pencatatan kematian ibu Kemenkes, menunjukkan angka absolut kematian ibu di NTT mengalami penurunan sejak 2021. Pada tahun tersebut, terdapat 181 kasus kematian ibu, kemudian turun menjadi 171 pada 2022, dan berkurang lagi menjadi 135 kasus pada 2023.   

Direktur RSUD Prof. Dr. W.Z Johannes dr. Stefanus D Soka menambahkan, pelatihan ini diharapkan bisa meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam menangani keguguran. Sebab, ia menegaskan, penanganan keguguran banyak yang perlu diperhatikan.   

“Kegiatan pelatihan APK ini merupakan salah satu ilmu yang harus kita update. Selama ini kita menganggap bahwa kasus-kasus keguguran merupakan hal yang biasa namun ternyata banyak hal yang perlu kita perhatikan dalam memberikan asuhan pasca keguguran bagi pasien yang mengalami keguguran,” imbuhnya.   

Pelatihan APK Komprehensif dengan menggunakan kurikulum terakreditasi Kementerian Kesehatan ini merupakan gelombang kedua di NTT. Sebanyak 5 dokter spesialis kandungan dan kebidanan, 3 dokter umum, dan 17 bidan dari 3 kabupaten dan Kota Kupang (provinsi) mengikuti kegiatan ini. Pelatihan ini merupakan kelanjutan dari pelatihan gelombang pertama pada Agustus 2024.  

Tujuan pelatihan ini adalah untuk menguatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam memberikan layanan APK Komprehensif, tidak hanya tim FKRTL (RS), namun tim FKTP yaitu Puskesmas. Hal ini untuk mendukung perluasan layanan APK Komprehensif ke FKTP, yang selama ini masih berfokus di RS.   

Ketua Perkumpulan Obstetri Dan Ginekologi Indonesia Provinsi NTT, dr. Laurens David Paulus, Sp.OG mengatakan besar harapannya agar pelatihan ini bisa membantu penanganan kasus keguguran di daerah.    

“Pada prinsipnya pelatihan APK ini sudah dilaksanakan dua gelombang, yang pertama pada bulan Agustus dan yang kedua pada hari ini dan selanjutnya kita akan berproses di fasilitas pelayanan kesehatan di masing-masing kabupaten. Ini cukup membantu terutama pada kasus-kasus keguguran yang notabene masih belum tercatat dengan baik karena ibu yang meninggal dengan kasus keguguran belum tercatat dengan baik dan  itu juga menjadi perhatian kami,” pungkasnya.   

  

  

Scroll to Top