Kolaborasi CIMSA UIN Syarif Hidayatullah dan Yayasan IPAS Indonesia: Promosi Kesehatan Reproduksi kepada Pelajar SMP, Wali Murid dan Guru  

Center for Indonesian Medical Students’ Activities (CIMSA) Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengajak Yayasan IPAS Indonesia untuk mempromosikan kesehatan reproduksi untuk pelajar SMP, wali murid dan juga guru. Kegiatan dengan tajuk AKSARA (Ayo Diskusi Kesehatan Reproduksi Bersama SCORA) ini  dilakukan di SMP Islam Ruhama, Kota Tangerang, Banten, pada Sabtu, 14 September 2024. SCORA atau Sexual & Reproductive Health and Rights Including HIV & AIDS merupakan bagian divisi dari CIMSA yang fokus untuk isu hak dan kesehatan reproduksi.  

Naila Muthia Resmala Local Officer on Sexual & Project Officer Reproductive Health Rights including HIV & AIDS mengatakan AKSARA merupakan program tahunan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman komunitas terkait dengan kesehatan reproduksi. 

“AKSARA diselenggarakan dari tahun ke tahun dengan harapan komunitas lebih aware terkait dengan isu kesehatan reproduksi. Tahun ini AKSARA mengangkat tema pubertas dan eksploitasi karena memang isu ini lagi marak di tengah masyarakat,” kata Naila.  

Dalam kegiatan tersebut, Health System Strengthening Field Officer Yayasan IPAS Indonesia Dewi Suhaid menjadi narasumber untuk topik pubertas bagi remaja. Sesi ini dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelas laki-laki dan perempuan. Dalam sesi ini, Dewi membagikan materi terkait ciri-ciri pubertas dan bagaimana sebagai orang muda, siswa-siswa  beradaptasi dengan proses tersebut.  

“Seru pengalamannya, saya memberikan kelas kesehatan reproduksi, kelasnya interaktif anaknya aktif, pertanyaan luar biasa. Mereka sangat antusias,” ujar Dewi.  

Salah satu siswa perempuan dari kelas 9 mengatakan, kegiatan ini sangat bermanfaat karena menambah wawasan terkait dengan kesehatan reproduksi. “Apalagi aku kan ikut PMR jadi berguna banget. Karena menurut aku penting buat kita remaja saat ini untuk tahu lebih soal kesehatan reproduksi diri sendiri dan lebih aware,” ujarnya.  

Selain itu, Community Access and Mobilization Specialist Yayasan IPAS Indonesia Jaclyn Kaunang juga berbagi dalam kelas tentang menghadapi remaja saat masa pubertas bagi orang tua dan guru. Dalam sesi tersebut, ia membahas bagaimana rentannya remaja dalam kasus Kekerasan Berbasis Seksual dan Gender. Ia juga memberikan praktik terbaik bagaimana menjamin lingkungan yang aman bagi remaja baik di sekolah maupun di rumah.  

“Ini sangat penting bagi remaja di masa pubertas remaja karena membutuhkan dukungan dari lingkungan termasuk keluarga dan sekolah. Remaja semakin rentan untuk mengalami kekerasan sehingga mengapa sesi ini penting. Senang animo dari orang tua dan guru yang dibuktikan pertanyaan. Selain itu, sudah ada juga rencana tindak lanjut pihak sekolah terkait tim penanganan kekerasan seksual di sekolah,” tambah Jaclyn.  

Kegiatan ini ditanggapi secara positif baik dari pihak sekolah maupun wali murid. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaaan SMP Islam Ruhama Bapak Suedih Ahmad mengatakan ia berharap tim dari AKSARA bisa membantu pihak sekolah dalam membentuk Satgas penanganan kekerasan seksual.  

“Yang pasti saya senang banget ikut acara ini karena jadi tahu banyak hal kesehatan reproduksi dan kekerasan. Ini cukup membantu dari orang tua untuk jadi lebih aware dengan anak-anak kita,” ungkap salah satu wali murid.  

Berdasarkan data dari SIMFONI, situs pencatatan laporan kekerasan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, sebanyak 6.407 anak-anak di Indonesia dilaporkan menjadi korban kekerasan pada 2023. Dari kategori pendidikan, anak-anak SMP yang paling banyak menjadi korban.  

Scroll to Top