“Menulis itu bagian dari proses pemulihan. Kadang, untuk mengekspresikan apa yang kita maksud itu tidak selalu mudah. Namun, dengan menunjukkannya dalam sebuah foto, bisa menyampaikan apa yang menjadi maksud pesan kita,” Helen Intanita – SAMMI Institute.
Adinda Arbaningrum merupakan salah satu peserta dari Workshop dan Pameran Photovoice Metaformosa: Perjalanan Memilih Pulih yang diselenggarakan di Semarang, Jawa Tengah. Kegiatan photovoice (‘fotosuara’) ini bertujuan untuk menyuarakan kisah perempuan bangkit dari pengalaman kekerasan. Photovoice merupakan sebuah metode riset dengan melibatkan peserta untuk membagikan pengalaman mereka melalui foto dilengkapi dengan narasi pribadi.
Bagi Adinda, kegiatan ini begitu penting untuk membagikan kisahnya terkait dengan kekerasan yang ia alami kepada publik. Meski begitu, ia juga mengakui perjalanan untuk bangkit dari peristiwa itu tidaklah mudah. Rasa pahit itu masih ada di batinnya.
“Menurut saya pelatihan ini sangat penting karena saya sendiri jadi tahu rasanya lega ketika sebagian [orang] tahu sulitnya jalan saya. Dan menurut saya penting ketika kita membagi sedikit kisah agar kejadian pahit menemui solusinya dan tidak akan ada kejadian pahit kedua kalinya,” ujar Adinda.
Ia menambahkan workshop dan pameran yang ia jalani bersama dengan 15 peserta lainnya sangat menarik untuk memahami dan mengakui bagaimana ia bangkit dari pengalaman pahit itu. Bahkan, pengungkapan kisahnya melalui foto dan narasi menjadi salah satu jalan baginya untuk mencoba berdamai dan sembuh dari rasa trauma tersebut.
Kegiatan photovoice ini merupakan bagian dari peringatan 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (16HAKTP) yang diselenggarakan oleh PKBI Jawa Tengah yang didukung oleh Yayasan IPAS Indonesia melalui pendanaan dari Pemerintahan Kanada. Kegiatan ini berkolaborasi dengan DP3AP2KB Jawa Tengah, PKBI Jawa Tengah, LRC KJ-HAM, LBH APIK Semarang, SAMMI Institute, dan Setara.
Direktur Eksekutif PKBI Jawa Tengah, Elisabet S.A Widyastuti, mengatakan salah satu tujuan dari workshop dan pameran photovoice ini adalah untuk meningkatkan kesadaran publik terkait kekerasan terhadap perempuan. Melalui seni foto, kegiatan ini diharapkan dapat menyampaikan pesan yang mudah dipahami semua lapisan masyarakat.
“Workshop dan Pameran Photovoice ini diintegrasikan sebagai bagian dari peringatan 16 HAKTP untuk memberikan pendekatan kreatif dan berkesan dalam mendukung perempuan penyintas kekerasan akan perjuangan mereka, serta membangun kepedulian terhadap isu-isu kekerasan yang masih ada. Dengan latar belakang ini, diharapkan bahwa workshop dan pameran photovoice dapat menjadi sarana yang efektif dalam menggugah kesadaran dan mendukung perjuangan melawan kekerasan terhadap perempuan,” ujar Elisabet.
Kegiatan workshop dan pameran photovoice ini dilakukan dalam tiga tahap. Pertama adalah mengumpulkan peserta dari jaringan kampanye pencegahan kekerasan terhadap perempuan di Jawa Tengah. Kemudian, yang kedua adalah workshop dan kurasi foto. Terakhir, adalah pameran foto yang dilaksanakan pada 9 Desember 2023.