Skip to content Skip to footer

PEKERTi

Hak kesehatan seksual dan reproduksi (HKSR) bukanlah topik yang baru bagi sebagian orang, sudah cukup banyak pembahasan mengenai HKSR di berbagai mimbar. Meski begitu, masih kerap ditemui kegagapan dalam pembahasan tentang bagaimana HKSR dapat dipenuhi dan dinikmati oleh setiap individu, khususnya perempuan. Hal tersebut disebabkan oleh moralitas dan tabu yang membungkus tebal isu HKSR dan menjadi penghambat bagi penentu kebijakan serta penyusun program; untuk dapat melihat dan menentukan arah program yang menuju pemenuhan HKSR.

 Yayasan IPAS Indonesia sebagai salah satu organisasi nirlaba yang memiliki komitmen untuk fokus pada kerja-kerja pemenuhan HKSR, merasa perlu untuk berkontribusi pada program nasional pemerintah terkait dengan HKSR, khususnya dalam program penurunan angka kematian ibu (AKI). Proyek PEKERTi dengan kepanjangan Peningkatan Kesehatan Reproduksi Perempuan Terintegrasi, dimulai oleh Yayasan IPAS Indonesia pada akhir 2017. PEKERTi bekerja untuk melakukan penguatan sistem kesehatan untuk program Asuhan Pasca Keguguran (APK), serta melakukan pendidikan dan promosi kesehatan seksual dan reproduksi di masyarakat.

APK dipilih menjadi fokus utama PEKERTi karena komponen ini belum mendapatkan perhatian khusus. Padahal, jika melihat hasil survei Kementerian Kesehatan tahun 2012, keguguran juga berkontribusi pada kematian ibu sebesar 4.1%. Namun, hingga PEKERTi dimulai belum ada program di tingkat nasional yang menggali dan fokus pada APK. Dengan demikian, untuk tingkat nasional Yayasan IPAS Indonesia melalui proyek PEKERTi bekerja sama erat dengan Kementerian Kesehatan untuk melakukan perumusan Pedoman Nasional Asuhan Pasca Keguguran yang Komprehensif dan Berpusat pada Perempuan.

Penyusunan pedoman tersebut melibatkan pihak-pihak yang memiliki kompetensi di bidangnya, seperti Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), dan kelompok masyarakat sipil. Harapannya pedoman tersebut dapat dimanfaatkan secara nasional oleh fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan sebagai salah satu cara dalam mencegah kematian ibu akibat keguguran. Selain itu, masih di tingkat nasional, IBI yang menjadi salah satu mitra kerja PEKERTi telah memastikan APK masuk ke dalam UU Kebidanan No. 4 Tahun 2019, dimana menjadi salah satu kompetensi dasar yang juga harus dimiliki oleh bidan.

Fokus kerja lainnya yaitu pendidikan dan promosi kesehatan sesksual dan reproduksi kepada masyarakat, khususnya kepada perempuan dan remaja perempuan dengan tujuan untuk menurunkan jumlah kehamilan tidak direncanakan (KTD), meningkatkan status kesehatan reproduksi perempuan, mencegah keguguran dan aborsi yang tidak aman.

Terkait kerja di tingkat daerah, PEKERTi bekerja di 3 wilayah; Kota Yogyakarta, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Ponorogo. Pada ketiga wilayah tersebut, PEKERTi merangkul berbagai organisasi masyarakat sipil dan fasilitas kesehatan sebagai mitra kerja Yayasan IPAS Indonesia untuk bersama-sama bekerja di komunitas, dan melakukan peningkatan layanan APK yang komprehensif dan berpusat pada perempuan di beberapa rumah sakit dan puskesmas.

Pada ranah komunitas, bersama Pengurus Pusat (PP) dan Pengurus Daerah (PD) Aisyiyah, Yayasan SPEK-HAM, Mitra Wacana WRC, Yayasan Kesehatan Perempuan, SAWG, dan Yayasan Kampung Halaman merancang metode edukasi dengan pendekatan inovatif yang memperhatikan kebutuhan perempuan dan remaja perempuan, serta kelompok sasaran lainnya. PEKERTi mengaktifkan komponen di masyarakat untuk memberikan edukasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi yang benar dan tepat, khususnya kepada kelompok perempuan. Hal tersebut dilakukan karena masih banyak mitos-mitos yang beredar dan kerap kali membahayakan kesehatan reproduksi perempuan.

Kemudian pada fasilitas kesehatan, Yayasan IPAS Indonesi bekerja bersama 7 Rumah Sakit dan 6 Puskesmas di ketiga wilayah kerja, seperti; RSUD Yogyakarta, RS. Pratama, AMC, Puskesmas Jetis, Puskesmas Tegalrejo, RSUD Bagas Waras, RSIA Aisyiyah, Puskesmas Bayat, Puskesmas Juwiring, RSUD Hardjono, RSU Aisyiyah, Puskesmas Bungkal, dan Puskesmas Kauman untuk mengadakan dan meningkatkan layanan APK yang komprehensif dan berpusat pada perempuan.

Layanan APK yang komprehensif dan berpusat pada perempuan artinya dalam mempersiapkan layanan di fasilitas kesehatan, seluruh proses yang harus dijalankan dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi perempuan. Tidak ada stigma dari tenaga kesehatan, perempuan mendapatkan tindakan medis yang sesuai dengan kebutuhannya, serta penanganan yang ramah memberikan layanan kesehatan reproduksi perempuan.

Masih di tingkat daerah, PEKERTi pun bekerja erat bersama Dinas Kesehatan di masing-masing wilayah dan menjadi mitra kerja utama untuk melakukan penguatan sistem kesehatan, serta mewujudkan model layanan APK yang komprehensif dan berpusat pada perempuan. Lalu, dengan Departemen Obstetri dan Ginekologi, FKKMK Universitas Gadjah Mada berkontribusi memberikan penguatan keahlian dan kompetensi para tenaga medis melalui pelatihan layanan APK yang menggunakan modul dengan prinsip Inter-Professional Collaboration—yang berarti dalam memberikan layanan APK yang komprehensif dibutuhkan satu tim yang solid, dimana tidak hanya dokter spesialis kebidanan saja tetapi juga terdiri dari dokter umum dan bidan.

Pembentukan tim yang solid tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa pasien perempuan dapat ditangani dengan menyeluruh, mulai dari proses konseling di awal hingga pasca tindakan untuk memberikan rasa nyaman pada perempuan karena mendapatkan informasi yang lengkap, termasuk tentang tindakan medis yang dilakukan dan informasi tentang metode kontrasepsi atau KB.

PEKERTi juga melakukan kajian-kajian sosial dan analisa pada pencatatan rutin dari fasilitas kesehatan. Tujuannya untuk memastikan bahwa proyek berjalan sesuai rencana dan harapan, memiliki bahan pembelajaran untuk memperbaiki dan meningkatkan pemberian layanan agar lebih baik lagi, termasuk menjadi bahan dasar bagi pemerintah dalam merancang kebijakan terkait sistem informasi dan manajemen APK serta kesehatan ibu di tingkat Kabupaten/Kota. 

Melalui semua kerja-kerja yang dilakukan tersebut bersama para mitra, Yayasan IPAS Indonesia melalui proyek PEKERTi berharap dapat berkontribusi pada kehidupan perempuan dan remaja perempuan. Tidak ada lagi kesakitan dan kematian perempuan akibat kesulitan mendapatkan informasi, mengakses layanan yang aman, nyaman, terjangkau, dan dengan tenaga kesehatan yang terlatih.

Go to Top
EN ID