Melalui program TAKENUSA (Tekad Bersama untuk Perempuan Nusa Tenggara), Yayasan Inisiatif Perubahan Akses menuju Sehat (IPAS) Indonesia meluncurkan Kampanye tentang Kesehatan Reproduksi melalui Interactive Voice Response (IVR) di 14 desa di Nusa Tenggara Timur. Tujuan dari peluncuran ini adalah untuk meningkatkan pemahaman kader kesehatan di desa terkait dengan Kesehatan Reproduksi khususnya Keluarga Berencana (KB) dan Asuhan Pasca Keguguran (APK).
IVR merupakan sistem telepon otomatis dengan kombinasi input suara dan pemilihan keypad. Secara sederhana, untuk mengetahui informasi seputar kesehatan reproduksi, kader bisa mengakses informasi ini melalui telepon genggam. Layanan IVR bisa digunakan tanpa menggunakan sinyal internet. Setelah menekan papan tombol telepon, informasi atau pesan terkait kesehatan reproduksi kemudian muncul dalam bentuk suara. Untuk mengeksplorasi lebih lanjut, kader bisa menekan tombol sesuai dengan instruksi yang ada.
Layanan IVR akan diujicobakan mulai Oktober hingga Desember 2024 dengan target sebanyak 308 kader di Kabupaten Kupang, Flores Timur dan Timor Tengah Selatan. Untuk mengetahui ada peningkatan pemahaman kader soal kesehatan reproduksi, Yayasan IPAS Indonesia melakukan survei di awal, tengah dan akhir. Di sela-sela survei itu, para kader bisa mengakses IVR sebagai media pembelajaran.
Seorang kader bernama Mama Maria Tunliu (40 tahun) dari Desa Sunu mengatakan, media informasi seperti ini merupakan baru baginya. Ia sangat senang dengan adanya layanan ini. “Karena kami [jadi] bisa tahu cara yang canggih. Selama ini yang kami ikuti hanya penyuluhan tatap muka, tetapi melalui panggilan telepon ini [baru]. Saya merasa bersyukur karena membuat kami semakin maju,” ujar Mama Maria.
Hal senada juga diungkapkan oleh kader dari Desa Lanu, Mama Yance Tenis (39 tahun). Ia menambahkan, selama ini ia mendapatkan informasi seputar kesehatan reproduksi dari pertemuan bulanan dengan mitra lokal TAKENUSA, Yayasan CIS Timor. Selain itu, ada juga beberapa kegiatan dari Puskesmas seperti pertemuan di Posyandu.
“Hambatannya pertemuannya dilakukan satu bulan sekali sehingga kami lupa dan juga hal kesehatan reproduksi. [Informasi kesehatan reproduksi] merupakan hal yang baru sehingga saya kurang paham sehingga pertemuan harus lebih sering dilakukan,” ujar Mama Yance.
“[IVR] ini merupakan hal yang baru di mana kami mendapatkan informasi dari handphone. Tapi kami tidak tahu bagaimana cara menjawabnya. Kami takut salah karena selama ini pertemuan secara tatap muka,” imbuhnya.
District Officer untuk Program TAKENUSA Yayasan IPAS Indonesia, Margaritha Demang alias Itha mengatakan para kader memang sangat antusias dalam mencoba layanan IVR. Meski begitu, ada juga yang was-was karena memang ini baru kali pertama mengakses informasi soal kesehatan reproduksi melalui sistem telepon.
“Untuk yang di Desa Sunu, memang sempat terhambat hujan. Di desa sini, kalau hujan biasanya listrik mati. Ada kader yang was-was karena takut baterai teleponnya habis. Kemudian, sinyal di Sunu juga belum merata, jadi harus mencari titik-titik tertentu agar sinyalnya bagus,” ujar Itha.
Meski begitu, Mama Mari Tunliu berharap layanan tetap dilanjutkan. “Sehingga kami juga bisa lebih maju lagi, bisa menambah wawasan kami. Bahkan alat canggih kami juga bisa tahu sehingga kami juga tahu tentang perkembangan informasi sehingga walaupun kami sudah tua tapi kami juga bisa mengikuti perkembangan yang ada,” tandasnya.
Dalam program TAKENUSA, pemahaman kader akan kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk mendorong perempuan dan remaja perempuan mengakses layanan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatannya. Dengan layanan IVR ini, kader diharapkan bisa mengakses informasi seputar kesehatan reproduksi dengan sumber yang valid untuk memberikan edukasi terhadap masyarakat.